Monday, December 21, 2009

Manajemen Operasi : Maintenance (Pemeliharaan) Dan Reliability (Keandalan)

Maintenance (pemeliharaan) adalah semua aktivitas yang berkaitan untuk mempertahankan peralatan system dalam kondisi layak bekerja. Sebuah system pemeliharaan yang baik akan menghilangkan variabilitas system. Strategi maintenance (pemeliharaan) adalah :

1. Menerapkan dan meningkatkan pemeliharaan pencegahan
2. Meningkatkan kemampuan atau kecepatan perbaikan

Reliability (reliabilitas) adalah peluang sebuah komponen mesin atau produk akan bekerja secara baik untuk waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Taktik keandalan adalah :

1. Meningkatkan komponen individual
2. Memberikan redundancy

Tujuan pemeliharaan dan keandalan adalah untuk mempertahankan kemampuan system serta mengendalikan biaya. Strategi Pemeliharaan dan Reliabilitas yang baik membutuhkan keterlibatan karyawan dan prosedur yang baik.

A. MAINTENANCE (PEMELIHARAAN)

Untuk mengukur kesuksesan manajemen pemeliharaan, maka ada dua unsur yang harus ditentukan terlebih dahulu, yaitu keterlibatan karyawan dan prosedur pemeliharaan.

Faktor karyawan dalam hal pemeliharaan dapat dilihat dari informasi yang dimiliki karyawan, keahlian yang dimilikinya, kompensasi yang diterima sebagai factor penguat motivasi dan kekuatan sinergi yang perlu dilakukan. Sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan informasi dan keahlian dalam kaitannya dengan kegiatan pemeliharaan, maka pihak manajemen dapat menempuh beberapa hal yaitu :

• Pertukaran informasi. Melalui penciptaan iklim yang kondusif, misalnya adanya bank data ( bank prosedur) yang berisikan data serta prosedur tentang pemeliharaan segala jenis mesin dalam system manufaktur.
• Pelatihan keahlian. Bagi karyawan yang belum memiliki keahlian yang diharapkan, perusahaan dapat memilih untuk mengirimkan ke training center yang menawarkan pelatihan-pelatihan atau langsung dilatih di perusahaan melalui on the job training.

Adapun tentang prosedur pemeliharaan mesin-mesin, factor yang perlu diperhatikan adalah prosedur pembersihan dan pelumasan. Pembersihan ini ditujukan untuk menghindari korosi, kemacetan akibat adanya kotoran dan kegiatan ini dilakukan secara rutin. Sedangkan pelumasan bertujuan agar tidak terjadi gesekan material mesin secara langsung, mendinginkan panas mesin pada kondisi tertentu, dan memperpanjang umur mesin.

Prosedur berikutnya adalah monitor dan penyesuaian. Monitor harus dilakukan secara kontinu dengan jadwal yang sudah ditentukan. System monitor yang baik akan mampu melakukan penyesuaian yang diperlukan.

Sumber : manajemen mutu

Tuesday, November 17, 2009

Mengatasi Sick Building Syndrome di Lingkungan Kerja

(managementfile - HR) - Apakah Anda sering mengalami pusing, alergi, hidung gatal, mata merah, dan sulit berkonsentrasi terutama ketika berada di kantor? Anda mungkin mengalami apa yang disebut Sick Building Syndrome (SBS). Apa itu SBS dan bagaimana cara mengatasinya?

SBS, menurut Wikipedia merupakan kombinasi dari sindrom yang terkait dengan lingkungan kerja atau tempat tinggal. Menurut WHO, penyebab dari SBS ini sebagian besar adalah kualitas udara ruangan yang kurang baik. Apa saja faktor-faktor yang mengakibatkan SBS ini?

Beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab SBS:
• air conditioner yang desainnya kurang baik
• pemeliharaan ventilasi kurang baik
• suhu,dan tingkat kelembaban yang terlalu tinggi
• kondisi kantor yang terlalu berisik
• udara yang terlalu kering
• polutan dalam ruangan, misalnya seperti serpihan yang berasal dari makanan, pakaian, sepatu, dan debu
• rendahnya jumlah ion negative di udara, yang salah satunya mengakibatkan aliran oksigen terhambat
• dan sejumlah kondisi buruk lain di lingkungan kerja, termasuk hubungan yang buruk dengan rekan kerja.

SBS ini sangat berbahaya, karena mengakibatkan dampak-dampak buruk bagi karyawan. Akibat lingkungan kerja yang kurang kondusif, maka karyawan jadi lebih sulit konsentrasi, akibatnya produktivitas berkurang, kepuasan kerja rendah, turnover karyawan tinggi, karyawan sering sakit sehingga tingkat absensi tinggi. Akibatnya, tentu kinerja perusahaan secara keseluruhan jadi tidak optimal.

Untuk mengatasi Sick Building Syndrome ini, maka dapat diimplementasikan beberapa solusi:
• Ajukan kepada atasan Anda untuk memasang ionizer, yang berfungsi untuk memperbaiki kualitas udara
• Taruh vas atau pot bunga yang berisikan tanaman hidup, selain meningkatkan kelembaban juga menghasilkan oksigen
• Jangan menggunakan lampu yang sinarnya terlalu terang dan menyilaukan
• Menjaga ruang kerja supaya tetap bersih, dimana tiap karyawan bertanggung jawab terhadap meja kerjanya. Debu yang berlebihan dapat mengakibatkan alergi dan SBS.
• Lakukan istirahat sejenak secara rutin, beranjak dari kursi dan berusaha mencari udara segar.
• Ketika jam istirahat, lakukan lunch di luar gedung, jangan makan sambil bekerja. Jika Anda terlalu sibuk, tetap usahakan istirahat keluar sejenak
• Jangan langsung masuk ke keramaian atau transportasi umum seusai bekerja. Jalanlah sejenak untuk menghirup udara segar.
• Jika langkah-langkah diatas gagal, maka hubungi atasan Anda untuk mengambil solusi yang lebih tepat.
Apakah Anda mengalami gejala-gejala SBS tersebut? Segera ambil langkah yang tepat untuk memperbaiki kondisi lingkungan kerja Anda.

sumber: http://managementfile.com

Menjadi Orang Yang Tepat Waktu

(managementfile - HR) - Siang itu Cicil terpaksa melewatkan jam makan siang bersama-sama dengan rekan geng makan siangnya. Supervisornya minta pekerjaan yang sudah jatuh tempo hari itu dan belum diselesaikan Cicil harus segera diselesaikan siang hari itu juga. Kalau bicara soal jam karet, memang tepat dialamatkan ke sosok yang bernama Cicil ini. Dalam segala hal sepertinya Cicil dikenal suka jam karet.

Sebenarnya tidak enak rasanya dikenal jika kita suka jam karet karena sedikit banyak itu akan mempengaruhi performance kita dimata atasan. Jika kita mau berbenah diri dan sadar bahwa sifat jelek ini bagai batu penghalang, berikut ini ada beberapa tips-tips yang dapat diterapkan dan menolong kita untuk mengubah image kita menjadi orang yang suka tepat waktu (alias tidak terpaksa untuk tepat waktu).

1. Berpikir positif
Bisa jadi sifat suka ngaret itu dimulai dari satu pemikiran yang salah dalam menilai diri sendiri. Sebelum memulai satu tindakan, dalam pikiran kita harus ditanamkan bahwa kita bisa berubah. Tidak ada istilah sulit jika kita mau berusaha dan tidak pasrah dengan kekurangan kita. Bayangkan juga satu kepuasan jika pada waktunya kita dapat menyelesaikan sesuatu. Setidaknya berpikir bahwa hal itu mendatangkan manfaat bagi diri sendiri (jika belum bagi orang lain).

2. Cari tahu hal apa yang membuat kita sering terlambat

Tidak perduli, takut, tidak percaya diri, rendah diri, demotivasi adalah beberapa faktor penyebab seseorang menjadi tidak suka tepat waktu. Sibuk membandingkan kekurangan diri sendiri dengan keberhasilan orang lain membuat waktu kita banyak terbuang sia-sia, alhasil target tidak tercapai. Untuk ini kita bisa minta masukan dari orang-orang terdekat untuk mengatasi hal-hal tersebut.

3. Daftarlah aktivitas harian dengan rinci

Perlu komitmen dan kedisiplinan untuk melakukan hal ini.Orang yang suka ngaret adalah orang yang tidak mau terikat dengan satu waktu. Dengan mencatat dan menentukan kapan dilakukannya, kita dapat belajar menetapkan diri pada satu waktu untuk ditepati tentunya.

4. Tentukan prioritas

Berapa banyak aktivitas yang harus dilakukan, yang terpenting adalah menetapkan skala prioritas sehingga pada akhirnya semua tugas dapat diselesaikan tepat waktu. Sehingga kalau terpaksa ada aktivitas yang harus dikorbankan, pilihlah dari prioritas terakhir.

5. Siapkan keperluan pada malam sebelumnya
Lebih cepat lebih baik. Slogan kampanye beberapa waktu yang lalu sepertinya tidak ada salahnya juga dipilih untuk satu tips ini. Secara mental, hal ini akan mempengaruhi usaha kita untuk memulai satu hari di hari dengan sukses untuk tepat waktu.

6. Jangan ragu untuk katakan tidak
Seringkali kita tidak mau menolak limpahan tugas dari rekan kerja/lainnya lebih karena merasa segan sehingga dengan over load malah membuat semuanya tidak selesai dan kacau. Jadi harus bisa berkata tidak pada waktu yang tepat.

7. Komitmen datang lebih awal, tidak hanya tepat waktu

Datang lebih pagi di kantor sedikit banyak akan membuat orang melihat bahwa kita punya komitmen untuk menjadi lebih baik. Secara mental juga akan membuat kita lebih siap, semangat, tanpa harus diburu-buru sehingga menolong kita lebih cepat untuk menyelesaikan semua tanggung jawab kita di kantor.

8. Aktifkan reminder pada HP Anda

Disarankan alarm ini dipasang beberapa waktu (hari/jam) sebelumnya sehingga kita memiliki waktu untuk melakukan persiapan.

9. Berikan reward pada diri sendiri

Pada saat kita berhasil menjadi tepat waktu, tidak ada salahnya kita memberikan reward bagi diri sendiri. Hal ini penting sebagai satu bentuk motivasi untuk kita menjadi lebih baik.

sumber: http://managementfile.com

Menjadikan Konsumen Sebagai Pemasar

(managementfile - Sales & Marketing) - Apakah kegiatan pemasaran yang efektif harus dilakukan melalui iklan atau promosi ? Mungkinkah kita bisa melakukan pemasaran tanpa pemasaran? Dapatkah kita menjadikan konsumen sebagai pemasar kita? Itulah ide dasar Brand Hijack. Alex Wipperfurth, penulis buku Brand Hijack, Marketing without Marketing mendefinisikan brand hijack sebagai pengambilalihan merek oleh konsumen. Untuk menciptakan merek yang diambil alih, ada dua elemen penting yang diperlukan yaitu merek itu sendiri dan konsumen.

Peran Merek
Calon merek yang diambil alih harus menawarkan suatu terobosan baru serta menjadi bagian dari gaya hidup, asosiasi atau aktivitas, dimana pemain pertama biasanya akan menjadi trend setter. Merek yang diambil alih juga harus memiliki kualitas. Kualitas bukan berarti semata teknologi yang lebih baik, melainkan pengalaman yang lebih baik.

Konsumen juga bukan lagi sekedar target pasar, melainkan partner. Sementara merek biasa hanya memperhitungkan volume penjualan dan keuntungan semata, merek yang diambil alih mengorbankan volume dan keuntungan pada awalnya guna mendapatkan orang yang tepat untuk memiliki pengalaman terhadap produk tersebut. Sementara merek biasa ditujukan untuk semua orang, merek yang diambil alih memiliki sejumlah rintangan bagi orang untuk mendapatkannya sehingga konsumen akan lebih mencintainya. Salah satu contoh adalah para penggemar fanatik merek Louis Vuiton yang rela mengantri demi mendapatkan merek yang mereka cintai.

Peran Pemasar

Selanjutnya, elemen kedua adalah konsumen yang mengambil alih merek tersebut. Ada sekelompok konsumen yang sangat fanatik terhadap suatu merek. Ada konsumen Nike ataupun Harley yang rela menato tubuhnya dengan logo produk tersebut. Kelompok ini disebut brand tribe yaitu sekelompok orang yang memiliki ketertarikan terhadap merek tertentu serta menciptakan nilai sosial paralel dengan nilai pribadi, ritual, kosa kata dan hierarkinya. Dengan demikian, riset pasar bukan hanya untuk wawancara biasa, melainkan harus mencakup antropologi untuk mengerti sub-budaya, ritual serta budaya konsumsi. Komunitas merek ini merupakan tren sosial yang berkembang saat ini.

Mengubah konsumen dari pemakai biasa menjadi orang yang fanatik terhadap merek. merupakan suatu perjalanan. Konsumen tersebut awalnya hanya sebagai anggota. Tahapan berikutnya, konsumen mengalami brandwash. Setelah itu, anggota brand tribe tersebut membantunya menciptakan sosial paralel. Akhirnya, konsumen tersebut mengikuti semua program yang ditawarkan merek tersebut. Sang merek memprogram apa yang dipikirkan serta dilakukan anggotanya.

Perjalanan menuju merek yang diambil alih terdiri dari tiga fase:

Fase pertama adalah tribal marketing, yakni pelanggan awal (early market) mengembangkan produk mereka. Pelanggan awal juga merupakan promosi yang baik melalui 'word of mouth' sekaligus membentuk jaringan atau komuniti. Dengan demikian, memilih pasar awal yang baik, yang memiliki keahlian, waktu serta penghargaan terhadap merek merupakan hal yang kritis.

Fase kedua adalah ko-kreasi. Setelah pelanggan awal tersebut terbentuk, mereka akan mengambil alih pesan dari merek tersebut.

Pada fase berikutnya, pasar utama yang besar telah siap mengadopsinya. Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah menjaga momentumnya. Saat ini, fokus kita bukan lagi hanya apakah merek itu ataupun apa yang dilakukan merek itu, tetapi sudah menawarkan fungsi budaya, yakni apakah arti merek itu. Ide dasar yang hendak dikemukakan adalah: menjadikan konsumen sebagai pemasar, serta menjadikan merek kita sebagai budaya.

sumber: http://managementfile.com

8 Level Proses Analisa Untuk Pengambilan Keputusan

(managementfile - Risk) - Risk management merupakan strategi untuk mengelola risiko dalam rangka mencapai tujuan. Hal yang sangat dibutuhkan oleh manajemen risiko adalah data dan analisa. Keduanya punya peranan yang sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan krusial dalam manajemen risiko.

Menurut SAS, terdapat delapan level proses analisa (analytics) yang digunakan dalam bisnis. Empat level pertama merupakan business intelligence dan umum dilakukan oleh semua perusahaan, serta lebih melihat aktivitas yang sudah berlalu. Keempatnya mendukung pengambilan keputusan reaktif, yakni memahami fakta setelah terjadinya sesuatu. Sementara itu, empat level terakhir mendukung pengambilan keputusan proaktif, dimana berusaha untuk berinovasi dan memprediksikan apa yang terjadi di masa mendatang.

Dalam manajemen risiko, kebutuhannya tentu hingga level terakhir, karena manajemen risiko memang harus mampu memprediksikan risiko-risiko apa saja yang potensial, dan mengukur bagaimana dampaknya, serta tindakan apa yang akan dilakukan.

Berikut ini adalah kedelapan level proses analisa:

1. Standard Report
Report ini hanya berisikan informasi-informasi yang standar, dihasilkan secara rutin, dan hanya menjelaskan apa yang terjadi dan kapan terjadinya. Sederhana namun bermanfaat, hanya saja tidak dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan jangka panjang. Contohnya adalah laporan keuangan kuartalan.

2. Ad Hoc Report
Report ini memberikan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan report standar, dan lebih customized. Report ad hoc memungkinkan Anda untuk mengajukan pertanyaan serta mendesain laporan yang customized untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan yang lebih detail seperti dimana, seberapa banyak, hingga seberapa sering.

3. Query Drilldown
Tingkat analisa selanjutnya lebih mendalam lagi, yakni query drilldown, yang sudah berusaha untuk menemukan jawaban akan sesuatu. Pada tahap ini Anda berusaha mencari tahu dimana letak permasalahan, serta bagaimana solusinya. Contohnya adalah perusahaan berusaha untuk melakukan observasi terhadap perilaku konsumennya yang berbeda-beda.

4. Alerts
Tingkat selanjutnya adalah Alerts, yang akan memberikan indikasi ketika terjadi masalah, dan memberikan notifikasi jika hal yang serupa terjadi di masa depan. Alerts bisa muncul di mana saja, mulai dari RSS feeds, email, hingga indicator merah pada scorecard ataupun dashboard Anda. Di tahap ini, Anda selanjutnya akan merespon alert tersebut dengan mengambil tindakan yang diperlukan.

5. Statistical Analysis

Kemudian di tingkat kelima ada analisa statistic yang merupakan perhitungan rumit seperti regresi, korelasi dan sebagainya. Analisa statistic ini digunakan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan menjawab pertanyaan, berdasarkan pada data yang dimiliki. Selain dapat berfungsi untuk menjelaskan suatu data, analisa statistic juga dapat memperlihatkan pada Anda peluang yang mungkin terlewatkan.

6. Forecasting

Forecasting merupakan aktivitas yang diperlukan oleh semua bisnis, karena memungkinkan kita untuk melakukan perkiraan terhadap permintaan. Sehingga, kita dapat melakukan estimasi terhadap persediaan, sehingga tidak kurang ataupun berlebih. Forecasting juga memungkinkan estimasi terhadap kebutuhan finansial

7. Predictive Modeling
Selanjutnya, Predictive Modeling memungkinkan kita untuk melakukan prediksi jika terdapat suatu pemicu (event) tertentu. Misalnya, jika kita mau meluncurkan promosi tertentu, maka harus diperkirakan terlebih dahulu bagaimana respon masing-masing segmen pasar, sehingga Anda dapat menerapkan promosi yang paling sesuai dengan masing-masing target pasar.

8. Optimization

Optimization adalah usaha untuk pengambilan keputusan terbaik, dengan mengalokasikan sumber daya secara optimal sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya, Anda berusaha untuk mengalokasikan SDM, materi dan dana yang dialokasikan untuk proyek tertentu.

Langkah-langkah analisa tersebut sangat bermanfaat untuk melaksanakan manajemen risiko ataupun menyusun strategi. Hanya saja, dengan melakukannya tidak lantas menjamin suksesnya sebuah organisasi. Data-data yang ada harus terintegrasi dengan baik, dianalisa, kemudian dicarikan solusi yang tepat. Solusi atau implementasi dari pengambilan keputusan inilah yang kemudian menentukan kesuksesan dari organisasi.

sumber: http://managementfile.com

Monday, October 26, 2009

Menerapkan Teori Multiple Intelligences dalam Training Six Sigma

(managementfile - Quality) - Setiap orang punya gaya belajar yang berbeda-beda, hal ini karena dalam diri tiap orang beberapa intelijensia tertentu lebih menonjol dibandingkan dengan lainnya. Menyadari hal ini, maka sebuah training Six Sigma dapat dirancang supaya mengakomodasi berbagai gaya belajar dari semua orang.

In his book Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (Basic Books, 1993), Howard Gardner suggests that every person has a unique combination of multiple intelligences. Understanding what these intelligences are gives people greater insight into their own learning style, as well as the style of others, which can help them better communicate lessons about Six Sigma.

Menurut Howard Gardner dalam bukunya Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences setiap orang punya kombinasi yang unik mengenai multiple intelligence. Dengan memahami intelijensia ini, maka kita akan memperoleh insight yang lebih baik tentang gaya belajar kita dan orang lain. Sehingga, pemahaman ini dapat dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan pelajaran Six Sigma dengan lebih baik pula.

Gardner mengemukakan bahwa intelijensia terdiri dari tujuh elemen:
1. Linguistik, yakni intelijensia dengan kata-kata. Orang yang punya kepandaian ini pandai dalam berargumen, persuasi, menghibur, memerintah, menulis, dan bermain dengan kata-kata. Mereka juga menggunakan linguistic (bahasa) untuk mengingat informasi.

2. Logika-Matematika, yakni kepandaian dalam mendeteksi pola, mengambil kesimpulan dan berpikirlogis. Intelijensia ini seringkali dikaitkan dengan cara berpikir sains dan matematis.

3. Spatial, yakni intelijensia terkait dengan gambar. Intelijensia ini memungkinkan orang mampu memanipulasi dan membuat gambar mental untuk menyelesaikan masalah.

4. Musik, yakni kemampuan untuk mengenali dan menciptakan musik, irama dan ritme.

5. Kinetis, yaitu kemampuan dari keseluruhan tubuh serta tangan. Contohnya para atlet seperti Michael Jordan, para pesulap seperti David Copperfield hingga Charlie Chaplin.

6. Interpersonal, yaitu kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Orang seperti ini pandai membangun jaringan, bernegosiasi, hingga memotivasi.

7. Intrapersonal, yakni intelijensia mengenai self-knowledge, dimana tercipta suatu self-awareness, self-discipline serta kemandirian.

Lalu bagaimana mengaplikasikan multiple intelligence ini ke dalam pembelajaran Six Sigma? Seorang trainer dapat menggunakan intelijensia-intelijensia ini untuk membantu pemahaman mengenai suatu subjek. Ciptakan cara belajar yang kreatif dan inovatif, supaya orang dengan berbagai intelijensia dapat menyerap pembelajaran Six Sigma dengan baik.

Linguistik
• gunakan huruf alphabet untuk mewakili poin pembelajaran. Misalnya a= activity, b= binomial, c= control chart, dan sebagainya.
• berikan kartu berisikan kata, frase atau kalimat tertentu pada tiap peserta, lalu minta mereka untuk menjelaskan atau memberi contoh
• buat permainan menjodohkan, yakni menjodohkan istilah dengan pengertiannya
• gunakan puzzle atau permainan mencari kata

Logika
• Buat eksperimen di dalam kelas, yang dapat menantang logika
• Buat soal Benar/Salah, dimana peserta harus mengidentifikasi suatu kalimat benar atau salah. Kemudian minta mereka pula untuk memberikan alas an jawabannya, sehingga ini mengharuskan pemikiran yang mendalam.
• Buat studi kasus yang menantang logika berpikir mereka. Jadi, berangkat dari suatu masalah mereka berusaha untuk memperoleh solusi.

Spatial
• menggunakan mind mapping untuk mengembangkan ide, pemikiran, ataupun rencana. Gunakan gambar, kata, warna, garis dan bangun ruang untuk menggambarkan informasi terkait dengan topic, ide atau proyek tertentu
• Gunakan gambar untuk menyederhanakan statistic yang rumit dan menjelaskan poin pembelajaran tertentu.
• Manfaatkan visual untuk menekankan poin-poin pembelajaran

Musik
• Gunakan lagu untuk mengingat poin tertentu yang dianggap penting. Misalnya, buat melodi dan lirik yang isinya pembelajaran tertentu, sehingga peserta bisa mengingat terus poin pembelajaran tersebut.

Kinetik
• Gunakan game yang membutuhkan pergerakan badan untuk belajar. Misalnya game lempar bola, dimana orang yang menerima bola harus menjawab pertanyaan.

Interpersonal

• Lakukan diskusi kelompok untuk bertukar pikiran
• Selenggarakan sesi dimana peserta saling mengajar satu sama lain, sehingga mereka menguasai materi secara mendalam
• Berikan studi kasus kelompok, sehingga peserta harus bekerja sama satu sama lain untuk memperoleh solusi.

Intrapersonal
• Berikan tugas-tugas untuk individual, dan sediakan tempat dimana individu bisa belajar sendiri-sendiri
• Selenggarakan sejumlah aktivitas yang meningkatkan percaya diri. Misalnya, mitna peserta untuk menulis 10 kekuatan mereka sebagai seorang praktisi Six Sigma

Demikian adalah tujuh elemen intelijensia dan contoh-contoh aktivitas dalam training Six Sigma yang dapat mengoptimalkan penggunaan ketujuh intelijensia tersebut. Dalam merancang training, pastikan bahwa materi training Anda mencakup penggunaan ketujuh intelijensia ini, sehingga dapat mengakomodasi gaya belajar seluruh peserta.

sumber: managementfile.com

Pentingnya Pemahaman Terhadap Human Error

(managementfile - Quality) - Variasi atau penyimpangan salah satunya disebabkan oleh human error, atau kesalahan yang disebabkan manusia. Kesalahan ini mengakibatkan kita tidak dapat mencapai hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, kita harus memahami human error ini dan berusaha untuk menanganinya.

Berikut ini adalah klasifikasi penyebab human error menurut Marguglio.

Knowledge-based error
: kesalahan yang timbul akibat tiadanya pengetahuan mengenai persyaratan, ekspektasi maupun kebutuhan. Kesalahan ini dapat muncul ketika seseorang tidak menerima informasi, baik informasi itu tidak disampaikan ataupun terdapat distorsi dalam penyaluran informasi. Intinya, informasi yang tidak sempurna.

Cognition-based error. kesalahan yang timbul akibat ketidakmampuan dalam memproses knowledge yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan, ekspektasi, maupun kebutuhan. Kesalahan ini bisa terjadi ketika seseorang tidak memproses informasi yang telah diterima dengan baik, entah itu karena kurang baik dalam mengingat, menganalisa, mencerna ataupun mengevaluasinya.

Value-based error: kesalahan yang timbul karena tidak adanya kemauan untuk menerima persyaratan, ekspektasi maupun kebutuhan. Kesalahan ini muncul ketika seseorang secara sadar melakukan pelanggaran terhadap suatu persyaratan, ekspektasi maupun kebutuhan, karena ia memang tidak menghargainya, atau tidak menganggap perilakunya sebagai sesuatu yang salah.

Reflexive-based error: kesalahan karena ketidakmampuan merespon suatu stimulus dengan cepat. Kesalahan ini mungkin terjadi ketika terdapat situasi dimana dibutuhkan respon yang cepat dan langsung, sementara prosedur sendiri masih kurang jelas.

Error-inducing condition based: kesalahan karena ketidakmampuan dalam mengatasi kondisi yang mengakibatkan error. Kondisi seperti ini biasanya memang sudah terkait langsung dalam pekerjaan itu sendiri, atau terdapat dalam lingkungan pekerjaan, atau karena memang karena manusia. Kondisi ini banyak yang memang tidak bisa dikeluarkan dari proses karena memang terjadi secara alami.

Skill-based error: kesalahan karena tidak adanya skill tertentu. Kesalahan karena skill memang selalu ada, selama yang melakukan pekerjaan masih manusia. Selama masih belum digantikan oleh mesin, kesalahan karena skill pasti akan selalu muncul.

Lapse-based: kesalahan karena tidak adanya perhatian terhadap sesuatu. Ini juga mirip dengan skill based, karena setinggi mungkin tingkat perhatian, pasti tetap ada kemungkinan terjadi kesalahan, dan hanya bisa dihilangkan dengan mesin.

Demikian adalah klasifikasi human error menurut Ben Marguglio, seorang konsultan dan juga penulis. Ketika terjadi error, maka yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi, error tersebut masuk ke dalam klasifikasi mana, sehingga kemudian dapat ditentukan tindakan koreksi yang tepat.

Sejak awal, seharusnya human error ini harus diidentifikasi secara mendetail, disebut juga dengan manajemen risiko. Setelah diidentifikasi, kemudian diukur juga dampak-dampaknya terhadap suatu hasil. Selanjutnya, baru kemudian menentukan treatment terhadap human error tersebut, apakah dilakukan pencegahan, diminimalisir, mitigasi, atau malah sama sekali dihindari.

Memahami human error juga sangat bermanfaat dalam melakukan root cause analysis. Tanpa memahami human error, mungkin kita hanya akan melakukan koreksi terhadap apa yang salah, bukannya perilaku yang salah, sehingga di masa depan kesalahan perilaku bisa terulang lagi. Dengan memahami human error, maka perilaku yang diperbaiki, sehingga koreksi ke depannya sudah menyempurnakan perilaku yang salah tersebut.

sumber: managementfile.com